Soppeng Rakyatinfo. Com– Prinsip "jika berbuat, maka semestinya bertanggung jawab terhadap perbuatannya" kembali menjadi sorotan, terutama dalam konteks ketidakloyalan atau pengkhianatan. Para pakar menegaskan bahwa konsekuensi atas tindakan semacam itu tidak dapat dielakkan, dan upaya kasak-kusuk meminta perlindungan hanya akan memperburuk keadaan.
Dr. Muhammad Fadhil, Pakar Hukum dan Etika Publik, menegaskan bahwa dalam berbagai aspek kehidupan, ketidakloyalan adalah bentuk pelanggaran moral yang memiliki dampak luas. "Jika seseorang memilih untuk berkhianat, maka ia juga harus siap menerima konsekuensi atas perbuatannya. Berlindung pada pihak lain hanya menunjukkan ketidakdewasaan moral dan bisa mencederai integritasnya lebih dalam," katanya. Menurutnya, hukum moral dan sosial tidak memberi ruang bagi mereka yang ingin lari dari tanggung jawab atas pilihan mereka.
Prof. Andi Arsyad, Sosiolog, menyoroti dampak sosial dari tindakan pengkhianatan. "Dalam komunitas, pengkhianatan merusak kepercayaan yang dibangun bertahun-tahun. Ketika seseorang tidak loyal, ia telah memutus jaring kepercayaan yang sulit diperbaiki. Alih-alih kasak-kusuk mencari perlindungan, lebih baik ia menerima kenyataan dan mencoba memperbaiki kesalahannya," jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa budaya legowo atau menerima kenyataan akan memberikan pelajaran bagi pelaku dan orang lain untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.
Sementara itu, Dr. Rina Kurnia, Psikolog, menjelaskan bahwa orang yang berkhianat dan tidak legowo menghadapi kenyataan sering terjebak dalam pola perilaku defensif. "Kasak-kusuk meminta perlindungan adalah bentuk penyangkalan terhadap kenyataan yang ada. Ini tidak hanya memperburuk citra dirinya di mata orang lain, tetapi juga membebani dirinya secara emosional," jelasnya. Ia menyarankan agar individu yang telah melakukan kesalahan menghadapi konsekuensi dengan jujur dan berusaha memperbaiki diri untuk membangun kembali rasa hormat dari lingkungan sekitar.
Andi Rahmatullah, Aktivis Sosial, menambahkan bahwa konsekuensi dari pengkhianatan tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga komunitas yang terkena dampaknya. "Seseorang yang kasak-kusuk meminta perlindungan justru menunjukkan bahwa ia tidak siap menerima akibat dari tindakannya. Ini hanya akan menambah keretakan dalam hubungan sosial, baik di tingkat individu maupun komunitas," katanya.
Para pakar sepakat bahwa transparansi dan tanggung jawab adalah kunci dalam menghadapi konsekuensi dari tindakan. Pengkhianatan atau ketidakloyalan merupakan pilihan sadar yang harus dihadapi dengan keberanian, bukan dengan mencari perlindungan dari pihak lain.
"Kejujuran kepada diri sendiri dan legowo terhadap kenyataan adalah langkah pertama menuju pemulihan moral. Tidak ada yang lebih terang daripada kebenaran, dan kebenaran itu tidak bisa ditutupi, apalagi dengan upaya kasak-kusuk," pungkas Prof. Andi Arsyad.
Budaya tanggung jawab seperti ini dinilai penting untuk menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat dan menanamkan nilai-nilai moral yang kuat pada generasi mendatang.
(Red)